Senin, 19 Oktober 2009

Biaya Hidup Gue 2,7 Juta Per Bulan

Awalnya waktu gue pindah ke Bandung, gue ngekost, gue boros banget, jajan-jajan mulu, bukan “jajan” ya. Makan selalu fried chicken gitu deh yang 8000-an yang sekarang alhamdulillah gue sekali makan 3000-an aja hehe..Tapi sial gue jadi makin kurus gini. Oke, begini rinciannya, gue ambil yang mahalnya aja ya:

1. Makan @ Rp 5.000 x 3 x 30 hari = Rp 450.000
2. Uang jajan, jalan, n keperluan lain-lain per bulan = Rp 400.000
3. Kost-an per tahun 5 juta jadi per bulan = Rp 420.000
4. Kuliah per semester 5 juta jadi per bulan = Rp 1.200.000

5. Listrik kost-an per bulan = Rp 88.000
6. Internetan kost-an per bulan = Rp 100.000
7. Pulsa per bulan = Rp 30.000

Jadi, kalo di total ada 2, 725 juta rupiah untuk biaya hidup gue per bulan! Mungkin untuk yang gaji ortunya diatas 10 juta rupiah per bulan n anaknya maksimal 2 orang, hal ini gak terlalu berat. Tapi seandainya gue ada di keluarga seperti itu, gue sadar kalo gue bener-bener nyusahin ortu sedangkan gue masih maen-maen dan malah sibuk nyari cewek di kampus hehe..Jujur banget, ya?

Terus hikmahnya? Apaan ya? Ng..Gue cuma pengen nyindir orang yang sekarang lagi sombong-sombongnya pamerin mobil yang dia punya, dia bilang ke orang-orang kalo itu mobil dia, mungkin memang iya tapi emangnya itu uang dia? Paling uang mami atau papinya. Dianya sama aja kayak gue, kayak mahasiswa lainnya, sama-sama tukang ngemis harta kekayaan ortu.







Sabtu, 17 Oktober 2009

Air Susu Dibalas dengan Air Kencing

Pernah gue berpikir dalam hati tentang sebuah pepatah, peribahasa, atau kata-kata mutiara yang menyebutkan bahwa bila kita ingin dihargai orang maka hargai lah orang lain terlebih dahulu. Tapi dikehidupan yang sebenarnya, menurut gue itu sangat gak mungkin banget A.K.A Bullshit! Gue gak percaya sama kalimat itu karena gue udah ngebuktiinya sendiri.

Sejak SMA sampe kuliah sekarang ini gue selalu ngehormatin orang yang baru gue kenal, demi ngejaga nama baik dan biar gak dipandang rendah oleh mereka tapi efeknya malah sebaliknya, mereka gak ngehargai gue dan justru mereka malah makin berani buat ngehina gue.

Awalnya gue diemin dan gue biarin mereka nertawain gue tapi setelah itu main lah mulut gue, ya tau lah bahasa apa yang gue keluarin, dan kalo masih belagu juga ya pake tangan lah sikit hehe..Setelah itu langsung gue jauhin mereka, hal ini juga gue lakuin ke temen sekosan gue yang ampe sekarang yang awalnya deket jadi jauh banget. Kalo ketemu cuma gue kasih senyum 0-1-1 dan tatapan sinis, sumpah puas banget bo` balas dendam! Haha..

Ya itu lah teman, beda banget sama yang namanya sahabat. Teman cuma ngehormatin balik pada awalnya aja tapi setelah itu mereka malah bertindak semaunya seakan kita ini hewan peliharaannya. And so what`s the sollutions?

Mungkin ada sedikit tips yang bisa gue kasih, masih sangat subjective banget sih tapi lumayan manis buat diperdebatin.

Pertamax, yang mesti kita lakuin terhadap temen sekelas, kita cuma perlu sedikit caper dan TP agar jadi yang paling terkenal di kelas, tapi inget! Orang jaim gak terlalu banyak omong, be a munafuck person, coi! Dan setelah itu, pasti kita bisa ngeliat mana yang ngehormatin dan yang enggak, pilihlah yang ngehormatin itu jadi sahabat kalian dan buang yang tadi gak ngehormatin.

Keduax, sekarang buat temen atas dasar “kepentingan”, seperti apa itu? Yaitu dalam sebuah organisasi, hormatin lah temen sedivisi kalian yang menghormati balik pada beberapa hari kepanitiaan berjalan dan seperti biasa, buang yang gak ngehormatin. Pada hal ini, bukan cuma organisasi tapi ekskul dan temen OSPEK pun juga bisa diginiin.

Mungkin itu aja yang paling sering terjadi, jadi jangan cuma diam ketika kalian direndahkan. Rendahkan balik mereka dan cari teman lain yang lebih berkualitas!




Sabtu, 03 Oktober 2009

Reality and Prediction

Beberapa waktu lalu gue ngikutin sebuah seminar tentang Neuro Linguistic Program yang diadakan oleh Indonesia Marketing Association (IMA) cab. IT TELKOM, disana gue banyak dapet hal bagus tentang perubahan cara berpikir dan berkomunikasi tapi disini gue akan lebih spesifikin tentang cara berpikir. Mungkin artikel selanjutnya akan gue tulis tentang cara berkomunikasi.

Disana para audience ditunjukkan suatu gambar yang ditampilkan di projector, disana ada gambar kucing yang lagi duduk nyender ditembok yang disamping terdapat bir dan remote TV. Lalu sang pembicara bertanya kepada beberapa audience tentang gambar itu, banyak komentar dari audience adalah kucing yang habis minum bir dan sedang asik nonton TV.

Darisana dijelaskan oleh pembicara bahwa kita harus uptime, yaitu melihat apa yang kita lihat, bukan memprediksi apa yang kita lihat. Kita salah bila pada contoh tersebut kita anggap bahwa kucing itu sedang nonton TV dan mabuk karena kita tidak melihat kucing itu minum dan tidak ada TV digambar itu. Jadi, yang hanya bisa komentarkan hanyalah seekor kucing, bir, dan remote.

Melihat apa yang kita lihat, ini adalah cara yang sangat efektif untuk berpikir secara positif. Bila kita melihat seorang dosen yang baru masuk kelas, dia berpenampilan alis tebal naik keatas, jidad mengkerut, mulut manyun, dan mata sayu. Kita tidak boleh beranggapan bahwa ia jahat karena yang kita lihat hanyalah penampilannya, kecuali apabila beberapa detik kemudian dosen itu marah-marah, baru deh kembali kita lihat apa yang kita lihat, dosen itu memang galak.

Dengan berpikir uptime kita akan dapat hidup lebih tenang dan dapat mengendalikan suasana yang ada disekeliling kita, maka belajar lah untuk melihat apa yang realitas, bukan memprediksi apa yang kita lihat.