Jumat, 23 Januari 2015

Generasi Positif vs Generasi Negatif


Maite Baron, penulis Corporate Escape: The Rise of the New Entrepreneur, mendefinisikan Super+ Generation vs Super- Generation, saya suka definisi yang dia buat dan saya coba untuk menuliskan kembali versi Bahasa Indonesia nya, biar lebih enak saya rubah jadi Generasi Positif vs Generasi Negatif aja ya.

Umur, Strata Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Kekayaan tidak ada artinya apabila kita tidak memiliki Mindset yang baik. Maite Baron memisahkan dua mindset yang sangat berpengaruh terhadap Organisasi dan Kehidupan Sosial secara keseluruhan, yaitu mindset Generasi Positif dan mindset Generasi Negatif.

Generasi Negatif


Generasi Negatif cenderung berpikir dangkal, mereka fokus pada apa yang dimiliki dan penampilan luar. Mereka sangat berhasrat untuk membeli gadget terbaru dan apa yang orang lain juga punya. Mereka selalu merasa tidak terpenuhi dan merasa "kosong" karena tidak pernah fokus untuk memenuhi kebutuhan jiwa nya.

Konsekuensi dari "jangkar" dalam hidup mereka itu, mereka sering merasa ditinggalkan dan pesimis dengan masa depannya, atau bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Mereka merasa hidup adalah segalanya tentang "mereka", sehingga mereka sangat jarang merasa bertanggung jawab atas kebiasaan dan perbuatannya.

Semua itu membuat mereka tidak pernah merasa bahagia dan selalu menunggu "hal baru" (bukan menciptakan). Sayangnya, orang-orang Generasi Negatif tersebut sangat banyak di lingkungan organisasi, pekerjaan, dan kehidupan sosial kita.

Generasi Positif


Generasi Positif tidak pernah menunggu sesuatu untuk terjadi, melainkan orang yang membuatnya, sifat ini cenderung membuat mereka menjadi lebih sukses. Mereka tidak takut untuk berdiri sendiri dan berbeda. Mereka penuh semangat dan passion untuk membuat perubahan, yang seringkali menuntut jiwa entrepreneurship nya untuk keluar dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Terakhir, mereka percaya untuk membuat perubahan dan sesuatu yang baru itu perlu kolaborasi, yang menjadikan mereka bersemangat untuk mencari relasi dan berpikir global.

Jadi, kamu ingin berada di generasi mana?

Rabu, 21 Januari 2015

Tentang Passion


Banyak artikel tentang passion yang sering saya baca dan ada 2 pendapat yang terlihat berlawanan. Kedua pendapat itu sering menyebabkan perdebatan dan ke-sok tau-an orang di lingkungan saya. Iya, termasuk saya juga. Tapi bagaimana kalo kita coba melihat kedua pendapat tersebut tanpa memihak? Open your eyes! Jump high! Enjoy the helicopter view!

1. Follow Your Passion


Kalimat ini sangat lumrah banget di lingkungan saya dan semua orang benar-benar ingin melakukannya, meski pada kenyataannya yang mereka lakukan sama sekali bukan passion dan mereka tidak ada niat untuk keluar dari zona nyaman nya tersebut.
Dengan mengikuti passion, kita tidak akan bosan dengan apa yang kita lakukan meski penuh tantangan dan jauh lebih rumit. Why do you follow your passion? Of course, because you love it!

2. Quit Trying to Find Your Passion


Kalimat ini tidak begitu lumrah tapi bagi orang yang sudah mengilhami pola pikir tersebut biasanya akan pesimis dengan orang yang mengejar passion.
Mereka berpikir bahwa dengan menikmati hidup dan menjalaninya dengan ikhlas, maka apa yang dilakukan pasti akan membentuk itu menjadi passion. Mengejar dan terus mencari passion hanya membuang-buang waktu.

The Conclusion


Berdasarkan dua pemikiran tersebut dan terpaksa menerimanya, menurut saya, kedua hal tersebut bukan lah hal yang berlawanan, melainkan sebuah proses yang saling mendukung. This is just my opinion ya.

Follow Your Passion, ini valid apabila kamu sudah menemukan passion-mu.
Quit Trying to Find Your Passion, ini valid apabila kamu belum menemukan passion-mu.

Easy right?

If you have found your passion, follow it.
If you don't, enjoy your life.