Jumat, 27 Juni 2014

Perfect Life

source: www.imagesbuddy.com

Secara default, saya termasuk orang yang suka rutinitas, ya bisa dibilang kaku lah. Kayak misalnya bangun tidur selalu jam 5, terus makan, mandi, boker pas mandi, berangkat sekolah/kuliah/kerja, makan pagi di warung kesayangan, gak pernah ganti-ganti. Saya nyaman dengan rutinitas.

Sampai akhirnya dengan penuh konflik kehidupan semasa kuliah, saya mulai nyaman juga dengan hal baru, saya mulai nagih melakukan hal yang belum pernah saya lakukan. Setiap hari harus kenal orang baru, ngunjungin tempat baru, dan harus ada hal baru lah setiap harinya.

Saya tidak berubah, saya tetap jadi Evet Hestara yang nyaman dengan rutinitas, saya hanya mengupgrade diri saya. Be the best of myself lah kalo kata @HitmanSystem. Akhirnya sekarang saya jadi orang yang suka rutinitas dan selalu melakukan hal baru setiap harinya.

Karena kalo milih salah satu pasti ada kekurangannya. Rutinitas yang itu-itu aja bikin hidup jadi gak berwarna, monoton, dan gak bikin bahagia. Ngelakuin hal baru setiap harinya bikin hidup jadi gak teratur, berantakan, dan bisa jadi ngerusak kesehatan.

I choose the perfect life! Saya pengen hidup yang berwarna, teratur, dan tentu bahagia. Ya, saya punya rutinitas dan terus mencari hal baru setiap harinya. Apalagi ngelakuin hal barunya sama si doi, kalo lagi gak ada pacar yaudah bareng sahabat aja. Apa? Gak punya sahabat? Ah kau pasti bergurau :3

Kamis, 26 Juni 2014

My Failure Story


Dari beberapa postingan sebelumnya saya sering bilang saya adalah orang gagal. Kegagalan kayak gimana sih yang saya rasain? Ya gak pait-pait banget sih, tapi lumayan sering aja, sekarang bakal coba saya ceritain lebih detail.

Sewaktu SMA kelas 2 saya terpilih sebagai ketua MPK, sekaligus juga sebagai ketua teater. Awal-awalnya rajin rapat tiap minggu sehabis pulang sekolah, tapi yaudah gitu aja, bertahan cuma sebulan abis itu saya udah lupa saya adalah ketua organisasi-organisasi tersebut haha..

Lalu pada tahun pertama kuliah saya join komunitas pecinta jepang, saya diamanahkan sebagai koordinator divisi budaya dimana saya bertanggung jawab untuk menyebarkan virus budaya jepang ke kampus saya. Selama satu tahun kerjaan saya ya cuma rapat divisi aja dan gak ada result sama sekali.

At least ada perkembangan ya, waktu SMA rapatnya sebulan tapi pas kuliah bisa konsisten rapat selama setahun hahaha..Setelah itu saya terus belajar leadership&organisasi secara teori, saya tiap hari ke perpus, membaca buku dan nyatet semua hal pentingnya. Sampai saya cukup percaya diri untuk nyoba jadi pemimpin lagi. Namun ternyata kehancuran saya belum selesai sampai disitu.

Kegagalan terbesar saya adalah ketika saya memimpin kepanitiaan untuk event music jepang di bandung. Awalnya rencana saya berjalan lancar, pembuatan proposal dalam 1 hari (jumat) dan print 20 proposal dalam 2 hari (sabtu-minggu), dan hari senin kami sudah bisa gerak untuk mencari sponsor. Berbagai rapat sudah dijalani, konsep+desain+rundown+venue+guest star+semuanya secara detail sudah direncanakan. Itu berlangsung selama 2-3bulan. Namun gak ada satu perusahaan yang tertarik untuk sponsorin acara saya. Akhirnya dengan berat hati kepanitiaan itu saya bubarkan.

Sedih, kesel, marah, dan malu semuanya jadi satu. Saya yang sudah yakin dengan ilmu kepemimpinan yang saya pelajari ternyata masih jauh dari kata hebat. Saat menulis ini pun saya masih bisa ngerasain sakitnya dari kejadian itu.

Udah gitu aja deh, gak tau mau nulis apa lagi :(

Bersambung (...)

Source Gambar: www.agentlerebellion.com

Selasa, 24 Juni 2014

3 Prinsip Hidup

prinsip hidup

Setiap orang punya prinsip hidup masing-masing, ada yang bagus, ada yang kurang bagus, dan ada juga yang tidak punya prinsip hidup. Bagus dan kurang bagus masih subjektif lah, tetapi tentu yang bermasalah adalah yang tidak punya. Saya akan coba sedikit share 3 prinsip hidup yang cukup bagus untuk diterapkan apabila kamu masih bingung gimana cara nikmatin hidup ini.

3 Prinsip Hidup

Prinsip Hidup #3 : Uang
Semua manusia butuh uang, itu sudah jelas. Kita bisa membeli banyak hal dengan itu. Tapi uang bukan lah yang nomor #1 maupun yang nomor #2. Karena uang tidak bisa membeli segalanya. Meskipun terdengar klise tapi saya bisa jamin ini valid.

Prinsip Hidup #2 : Kesehatan
Kita tidak bisa menikmati uang apabila kita sakit dan kita tetap bisa menikmati kesehatan meskipun tanpa uang. Itu lah yang membuat kesehatan lebih diprioritaskan daripada uang dalam konsep prinsip hidup ini.

Prinsip Hidup #1 : Hubungan/Relationship
Apabila kita sudah punya uang dan kesehatan, kita masih belum bisa menikmati hidup ini dengan bahagia. Kita harus punya tempat untuk sharing kebahagiaan, yaitu dengan hubungan persahabatan, cinta, dan/atau keluarga. Misalnya kita sehat dan punya banyak uang, terus kita sendirian keliling dunia, saya jamin kebahagiaannya cuma 1 atau 2 hari. Beda kalo kita punya banyak sahabat, punya pacar, dan punya keluarga yang harmonis, maka everlasting happiness bukan lah hal yang gak mungkin. Dan ada satu lagi hubungan yang paling kuat, yaitu hubungan kita dengan Tuhan. Ini gak usah dijelasin lagi ya hehe..

Nah! Itu lah 3 Prinsip hidup yang menurut saya cukup bagus kalo diterapkan ke kehidupan sehari-hari. Saya sendiri sebenarnya belum tau hal yang menjadi prinsip hidup, tapi sepertinya saya bakalan pake ini. Informasi tentang ini saya dapatkan dari kolega saya di kantor, ntah kenapa pagi-pagi dia ngomongin hal kayak begini.

Source Gambar:  www.emptykingdom.com

Senin, 23 Juni 2014

Rasanya Dipandang Rendah

source: www.wordsonimages.com

Ketika kamu berada dilingkungan baru, dimana kamu belum tau kekuatan masing-masing tiap orang dan begitu juga dengan mereka tidak tahu apa potensi yang kamu punya. Sangat wajar buat nerima omongan-omongan yang seakan memandang-remehkan kamu. Hal itu sudah sering banget saya rasain ketika masuk organisasi dan kepanitiaan baru di kampus dulu.

Sedikit saja hal yang kita lakuin tapi tidak sesuai dengan ekpektasi mereka, pasti mereka dengan cepat ngejudge rendah kemampuan kita, belom lagi ditambah ketawa ceng-cengan yang super annoying. Seketika morale dan motivasi langsung ngedrop.

Saya pernah dulu di sebuah kepanitiaan, saya memang masih baru belajar di divisi itu, tapi koordinatornya gak ngasih contoh, dia cuma bilang, "udah lakuin aja, gue tau lo bisa, bro!". Saya yang masih terambang-ambang dengan nekad ngelakuin hal yang menurut saya benar. Dan ternyata jebret! Blunder donk! Saya langsung diomelin dan kata-katanya penuh dengan hal-hal yang merendahkan diri saya. Sakit, sob!

Saya ngalamin itu gak cuma sekali, udah sering banget sampe bosen. Padahal secara default saya termasuk orang yang haus akan kehormatan, saya paling senang bila dihormatin dan dipuji. Kalo di Seven Sins, ya saya itu Pride, dosa terbesar yang harus dihindarin.

Tapi semakin sering saya direndahkan, meskipun awalnya ngedown, lama-kelamaan saya bisa mengambil sisi positifnya, yaitu saya semakin tertantang buat nunjukin potensi terbaik saya. Yang tadinya cuma "ah gue mah yang penting eksis lah disini" jadi "gue harus total dan tunjukin ke semua orang disini kalo gue itu hebat".

Yeap, semakin kita ditekan kebawah, gak seharusnya kita malah tiarap, tapi kita harus semakin berambisi buat lompat setinggi-tingginya.

Kamis, 19 Juni 2014

Minta Maaf

source: worshipingwithchildren.blogspot.com

Meminta maaf apabila melakukan kesalahan adalah hal yang sangat terdengar simpel, klise, dan klasik banget lah. Tapi kenyataannya, masih banyak banget orang di dunia ini yang belum bisa mengimplementasikan itu.

Kayak contohnya ada orang yang gak sengaja nyenggol motor atau mobil kita, kebanyakan cuma ngelambain tangan atau pura-pura tidur gak tau terus langsung jalan. Padahal apa salahnya dia natap mata kita sambil ngasih senyuman yang ekstra tulus.

Atau misalnya ada tukang minta-minta dijalan tapi kita lagi gak megang uang receh. Biasanya kita yang pura-pura tidur gak liat padahal dia udah minta dengan kekeh. Padahal apa salahnya kita tatap matanya sambil ngelakuin gesture permintaan maaf seperti menempelkan kedua tangan seperti gambar di postingan ini.

Kata siapa minta maaf itu susah? No! It's totally easy, kalo kamu emang mau mengakui kesalahan kamu, minta maaf itu semudah kamu ketawa.

Wait, kamu orangnya gak humoris? Lol! That's your problem :3

Senin, 16 Juni 2014

Mempersulit Hal yang Mudah atau Mempermudah Hal yang Sulit?

source: youtube.com

Dari jaman sekolah dulu, dosen/guru selalu memberi soal yang mudah bagi dia tapi dipersulit buat muridnya. Setuju? I know it's quite debatable tapi saya yakin yang setuju itu lebih banyak. Saya bukannya tidak pro dosen/guru, tapi memang itu yang seharusnya dia lakukan untuk menguji kepahaman muridnya.

Positifnya tentu banyak, tapi karena itu klise, saya coba melihat dari sisi (yang bisa jadi) negatifnya biar banyak yang marah dan trafik blog saya bertambah haha..

Karena kita terbiasa melihat persoalan yang mudah tapi dipersulit, secara alam bawah sadar, secara unconscious kita akan mencoba melakukan hal yang sama. Apabila ada teman yang tidak mengerti, kita biasanya tidak langsung memberitahu cara termudah, melainkan memberi clue-clue yang bagi orang itu cukup membingungkan.Ya kan? Ya kan?

Mungkin itu masih tidak berdampak besar, tapi saya menemukan satu case yang cukup unik. Karena saya juga secara gak sadar suka melakukan hal itu, beberapa kali saya disemprot sama si manajer. Di tempat kerja saya, saya mempunyai jobdesc yang cukup seru, yaitu memberi weekly report untuk direktur. Iya, direktur.

Sekarang coba bayangin kalo saya pake konsep yang diterapin dosen/guru ke para big boss itu. Saya sering membuat report yang mudah dimengerti oleh kalangan engineer, menggunakan istilah-istilah magis yang bagi saya itu biasa, dan ya pokoknya udah cukup easy-listening lah. Tapi manajer saya menolak report saya dan meminta saya mengubah kata-katanya menjadi lebih bisa dibaca.

What? What? Helooo, sir! I've already given you the 10*20 question but you still want me to ask 1+1??

Mungkin terdengar simpel kasus saya ini tapi menurut saya ini lumayan bermanfaat untuk dishare.

Bagaimanapun tidak semua orang punya pengetahuan yang sama seperti kita. Ada banyak hal yang kita ketahui tapi orang lain tidak. Ada banyak hal yang orang ketahui tapi kita tidak. Coba berpikir dan bayangkan bahwa kamu itu adalah lawan bicara kamu.

Rabu, 11 Juni 2014

Postigan yang Debatable

source: www.buzzle.com

Akhir-akhir ini saya sering membuat postingan yang debatable. Padahal niatnya saya cuma mau share pemikiran aja tapi ternyata pemikiran saya tidak sesuai dengan khalayak banyak. Jarang yang bilang setuju, yang komen juga lebih terlihat sebagai orang-orang yang gak setuju.

Saya pun ternyata dapat beberapa keuntungan dari postingan debatable, yaitu trafik blog melangit. Yang biasanya cuma 30 visitors per day, eh tiba-tiba jadi 150 visitors per day. Saya sempet tergoda buat nerusin bikin ulah. Karena saya menikmati tantangannya. Banyak yang berbeda pendapat, ada yang ngajak debat, ada yang cuma numpang blogwalking, tapi yang paling saya suka adalah konflik manajemennya. Bagaimana saya menghadapi orang lain. Kapan saya harus offensive dan kapan saya harus defensive.

Saya bahkan sudah membuat 2 artikel lain, yang satu menyinggung agama dan satu lagi politik. Gak kebayang itu ramenya blog saya bakal kayak gimana nanti. Tapi saya berubah pikiran. Ntah karena takut atau emang saya sudah lelah.

Dunno.

Senin, 09 Juni 2014

Circle Pertemanan

source: design.ubuntu.com

Circle pertemanan, kenapa kita harus punya itu? Kita harus punya banyak atau dikit? Dikit tapi berkualitas lebih baik daripada banyak? Atau pengennya banyak dan berkualitas semua?

Saya gak bisa jawab. Jadi saya mau ngomongin yang laen aja XD

Kalo kata orang-orang hitman system, kualitas seseorang dapat dilihat dari circle pertemannya. Semakin banyak dan semakin kuat circle/brotherhood-nya maka semakin berkualitas orang itu. Selain itu semakin banyak kita punya circle pertemanan maka kita juga dapat melihat banyak perspektif baru. Dan tentunya, selain sahabat baru maka pacar baru juga lebih berpeluang dateng.

Dan seperti biasa, ayo kita puter-puter perspektif kita. Bagaimana perasaan circle pertemanan lama kita? Apakah kita dibilang pengkhianat? Sombong? Atau mereka terus mengejar kita?

Saya gak bisa jawab. Jadi mau saya apa sih? XD

Udah balikin aja lagi ke perspektifnya ya haha..

Saya punya banyak circle pertemanan. Beberapa ada yang bertahan sampai sekarang. Beberapa ada yang masih welcome. Beberapa ada yang gak tau. Beberapa ada yang menolak kehadiran saya. Dan beberapa ada yang masih terus mengejar saya.

Apa pun yang mereka pikirin, saya gak peduli. Saya tetap anggap mereka menjadi sahabat saya. Mereka semua adalah pahlawan buat hidup saya. Banyak kesalahan-kesalahan yang pernah kita buat bareng dan sekarang itu jadi pelajaran yang super valuable.

I don't have much time now. But someday, wherever you are. I'll be there, fams.

Senin, 02 Juni 2014

Kesalahan Terbesar Manusia

source: donpower.me

Kesalahan terbesar manusia adalah ketika dia merasa benar.

Itu aja.

Sebenernya cukup sampe disitu aja postingan saya, saya yakin banyak yang setuju dan ngerti. Tapi biar asik saya coba share pemikiran saya tentang statement diatas, kamu boleh setuju atau enggak, dan lebih oke lagi kalo kamu juga ngeshare pemikiran kamu disini.

Dulu saya termasuk orang yang sangat sombong, ya sampe sekarang sih juga, tapi kadarnya udah gak sebanyak dulu, saya tidak suka menerima kritik apapun, pokoknya yang nentang saya adalah musuh. Nyebelin abis ya orang kayak gitu. But yeah, I was like that.

Beruntung saya masih memiliki segelintir orang yang peduli sama saya, yaitu Sahabat dan Pacar. Itu lah mengapa saya suka mencari circle pertemanan baru, agar mendapat banyak perspektif kehidupan (Kok lebay ya?). Banyak dari mereka yang susah payah merubah saya. Memberitahu kekurangan-kekurangan saya. Sampai akhirnya saya sadar dan memutuskan untuk menjadi orang yang lebih humble.

Itu baru saya. Masih banyak lagi orang lain yang saya dengan jelas melihat kekurangannya, melihat keterbatasannya, dan saya mencoba untuk membantu mereka menjadi dirinya yang terbaik. But I can't! Why? Karena mereka merasa sudah benar.

Nasehat apa pun yang diberikan tidak akan merubah mereka. Apa pun yang kita omongin dengan cepat mereka bilang, "ah enggak ah" atau "enggak juga".

Then what should we do? Solusinya banyak, saya pengen nyebutin tapi kesannya menggurui banget. Dipikirin sendiri ya. Saya cuma memberi masalah tanpa solusi. Quote ILK.

Minggu, 01 Juni 2014

Hai Manusia-Manusia yang Terlalu Serius..Bacalah!

source: fineartamerica.com

Saya paling bingung sama orang-orang yang terlalu serius menanggapi sesuatu, bahkan sama hal-hal kecil dan itu merupakan sebuah joke. Apakah orang-orang itu emang gak punya sense of humor atau pengen show off? Maybe God is the only one who knows the answer..Wait, I think God doesn't care about that sh*t.. <== This is also a joke, so please don't take it seriously

Kayak misalnya saya bilang, "Duh..bosen idup nih gue, kalo bunuh diri halal gue langsung lompat deh ke jurang", terus tiba-tiba ada yang bilang, "Lo serius mau bunuh diri, Vet?". Bro! Itu tuh cuma ungkapan lebay atas keboringan hari-hari saya, gak lebih dari itu.

Atau misalnya saya bilang, "Ah! Kucing itu gak logis abis, dia suka ngeliatin tapi kalo diliatin balik langsng pura-pura gak liat, gue bakar juga nih", terus tiba-tiba ada yang bilang, "Gila lu, bro! Kucing itu kan binatang kesukaan Rasulullah". Yes, I know that!

Yang paling nyebelin lagi kalo orang-orang kayak gitu langsung ngajak debat, langsung bawa pemikiran aneh-aneh dia yang super kolot, kayak misalnya bawa isu-isu moralitas dan agama. <== Awas aja kalo ada yang nanya, "Jadi moralitas dan agama itu pemikiran kolot menurut lo, Vet?"

Orang-orang itu: "Bunuh diri itu langsung ngemulusin jalan lo ke neraka, bro. Ntar lo digini-giniin di kuburan lo terus lo digitu-gituin di neraka"

Orang-orang itu: "Kalo lo gak suka kucing, berarti lo gak sejalan sama Rasulullah, gak sejalan sama Islam, dan itu artinya jalan kita beda"

Annoying!! Orang-orang kayak gitu annoying abis! Kesalahan pertama adalah mereka terlalu menanggapi hal-hal yang sifatnya Joke dan kesalahan kedua adalah mereka ngasih ceramah.

Oia, note ya. Saya nulis ini sambil cekikikan dan ketawa-ketawa, jadi saya bener-bener gak marah kayak apa yang kamu bayangin :D

And the lesson learned is: Dunia ini udah terlalu banyak diisikan oleh orang-orang yang terlalu serius, terlalu mudah tersinggung, dan terlalu fanatik. Dunia udah gak butuh lagi orang-orang kayak gitu. Yang dibutuhkan adalah orang-orang yang tetep bahagia meskipun lagi dalam penderitaan, bisa menertawakan dirinya sendiri, dan bisa tetep senyum kepada orang ngebencinya.