Rabu, 15 Februari 2012

Pahlawan dan Pengkhianat itu Beda Tipis


Apa bedanya pahlawan dan pengkhianat? Mereka sama-sama melakukan perubahan. Pahlawan dan pengkhianat hanya bergantung pada pihak mana kita berada. Kita selalu menganggap diri kita adalah pahlawan dan yang tidak sepihak dengan kita adalah pengkhianat. Padahal mereka juga berpandangan demikian, kita pengkhianat dan mereka pahlawan.

Hidup itu politik, politik itu subjektif, dan subjektif itu tidak pasti. Tidak ada yang benar-benar benar dalam hidup ini (apaan sih). Akan tetapi, ketidak-pastian itu lah yang membuat hidup ini sungguh indah.

Disini akan dijelaskan perbedaan pahlawan dan pengkhianat menurut teori saya, perbedaan yang benar-benar tipis, dan ini sayangnya juga..subjektif (lagi?)

Pahlawan melakukan perubahan, meski seandainya dia berada pada kondisi berkhianat, pahlawan itu tetap dibilang pahlawan JIKA dia punya tujuan (niat) untuk merubah yang tidak baik menjadi lebih baik DAN semua itu tercapai setelah dia sukses. Contohnya Mantan Presiden Soekarno, memberontak belanda dan jepang tapi dia punya tujuan baik dan itu terlaksana dengan sukses sesuai yang diinginkan. Dia pantas disebut Pahlawan Indonesia, meski tidak untuk belanda dan jepang.

Berbeda dengan pengkhianat, dia juga ingin melakukan perubahan, merubah sistem yang sudah ada TAPI dia TIDAK punya solusi untuk memperbaiki yang tidak baik menjadi lebih baik MESKI tujuannya itu tercapai. Contohnya ketika staf-staf memberontak sistem yang tidak mereka suka atau manajer yang otoriter, staf-staf tersebut menghancurkan dan merubah semuanya, alhasil perusahaannya jatuh dan tidak jadi lebih baik. Mereka pantas disebut Pengkhianat Perusahaan.

Untuk menyimpulkan, sesuai dengan judul pahlawan dan pengkhianat itu beda tipis, mereka sama-sama ingin melakukan perubahan namun bedanya: pahlawan memberi solusi dan pengkhianat hanya memberi kehancuran.

Jumat, 03 Februari 2012

Pelajaran Moral dari Supir Taxi Blue Bird


Cerita ini adalah perbincangan menarik saya dengan supir taxi blue bird yang berisi pelajaran moral, mental, pengalaman, dan segala hal tentang psikologi dan politik. Perbincangan ini terjadi waktu saya pulang dari rumah saudara saya dari Fatmawati ke Depok yang cuma memakan waktu 1 jam.

Berawal dari topik-topik biasa seputar kemacetan Jakarta dan nasib supir taxi blue bird yang selalu kena omel sama operator dan customer, sampai akhirnya saya ngobrol mengenai Teknologi. Dari dulu kelebihan taxi blue bird adalah GPS-nya yang mempermudah operator melacak keberadaan supir, sehingga bisa mencari route terdekat menuju customer. Sekarang, saya baru tahu ada aplikasi Blue Bird Taxi Reservation, yang berguna untuk memesan taxi dengan cepat, kelebihannya adalah aplikasi tersebut bisa membaca keberadaan kita melalui GPS dan katanya kita juga bisa melacak taxi blue bird yang jadi calon penjemput kita. Si supir menjelaskan, kemelekan teknologi dari manajemen taxi blue bird lah yang membuat mereka menjadi perusahaan transportasi tersukses di Indonesia. Oia, aplikasi tersebut tersedia di Android Market, Blackberry App World, dan IPhone store.

Nah, berikutnya saya bertanya tentang kenapa pelayanan dari supir taxi blue bird begitu sopan dan etis, berbeda dengan yang lain. Dia menjawab untuk mau menjadi supir disini, syaratnya bukan lah pendidikan tinggi, lulusan SD dan sarjana itu dipandang sama, yang dilihat adalah kepribadian. Ada beberapa basic test ketika mendaftar, disitu ada pengetahuan tentang skill driving tentunya dan ada juga tata cara menyapa, membuka pintu, membuka garasi, sampai pelatihan moral dan mental pun diujikan. Disitu lah saya sadar, dalam hidup kita harus bisa menghormati, menerima walaupun ditindas, dan pola pikir saya juga tidak kekanak-kanakan. Tim HRD-nya bekerja sangat baik.

Lalu saya bertanya apakah HRD-nya super galak sehingga para supir taxi blue bird bisa disiplin dengan tugasnya. Dia menjawab, tidak sama sekali. Saya heran, lalu kembali bertanya tentang jika ada supir taxi blue bird yang melanggar etika, seperti menurunkan penumpang, apa tindakan dari HRD-nya? Dia menjawab, cukup dengan 3 huruf, PHK. Tapi itu terjadi jika murni kesalahan dari supirnya, dia juga pernah menurunkan penumpang karena si penumpang tidak mau membayar tol dan diduga juga tidak mau membayar taxi, meskipun awalnya diomelin sama kepala pool-nya tapi dia bisa menjelaskan kronologisnya, he saved.

Saya juga berbicara tentang manajemen perusahaan pesaing taxi blue bird, teori solusi kemacetan di jakarta, pemicu kemiskinan dan kejahatan, negri auto-pilot dan filosofi-nya tentang negri ini. Tapi karena posting-an ini sudah terlalu panjang, jadi langsung di-ending-in aja ya :D haha..

Dalam hidup, orang yang sukses bukan lah orang yang tidak punya masalah, melainkan yang berhasil menyelesaikan semua problematik hidupnya. Tapi terkadang kita tidak seberuntung orang yang punya banyak masalah, itu sebabnya kita diciptakan sebagai makhluk sosial, yang bisa mempelajari masalah dan problem solving orang lain, dengan cara BERKOMUNIKASI.

Maaf, bila tulisan saya kali ini sedikit menggurui, ambil saja yang benar dan benarkan yang salah. Saya tidak dibayar oleh taxi blue bird untuk menulis artikel ini, melainkan sekedar hanya untuk berbagi pengalaman dan pemikiran.